Friday, November 18, 2005

Poem of this week: Puisi Kematian by J. Rumi

Gue jatuh cinta ama puisi ini sejak pertama kali baca puisi ini di salah satu koran nasional. Bela belain gue gunting, dan gue simpan di dompet. Ada makna yang dalam dalam puisi ini. mengingat-kan kita akan hakekat kematian...
Enjoy it....

Aku mati sebagai mineral
dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.
Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.
Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;
"Kepada Nya, kita semua akan kembali"

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Kebetulan daku pernah baca buku yg ditulis oleh seorang sufi jaman skrg, di buku itu diulas juga mengenai puisi tsb.
Ternyata Rumi membuat puisi itu ada dasarnya yg kl dijabarkan maknanya panjang juga. Sederhananya, dalam jiwa manusia terdapat jiwa2 yaitu jiwa mineral, jiwa tumbuhan, jiwa binatang dst...

Puisi itu menceritakan evolusi perkembangan tingkatan jiwa manusia mulai dari tingkatan terendah yaitu jiwa mineral manusia sampai tingkat jiwa yg tertinggi...jiwa ilahiah. Tiap tingkatan jiwa tsb ada makanan juga pantangannya sendiri2 yg jk dipenuhi akan membuat jiwa kita mjd sehat dan bahagia secara hakiki...

Mau tau kelanjutannya...?
Oh, gak mau...
it's ok, no problemo ;p

4:11 AM  

Post a Comment

<< Home